OPINI | 15 June 2010 | 16:13
Donita Gerina Tolioe
mereka bilang saya gila...
![]() |
Courtesy : Indonesian Hearthrob |
Namanya Luna Maya. Cantik. Menggemaskan dan memang! Ia memulai kariernya sebagai model catwalk. Kecantikannya yang luar biasa, mampu menyihir siapa saja. Pencapaian hidupnya barangkali sebanding dengan kerja keras yang harus dialaminya.
Barangkali dalam beberapa dekade ia harus merasa tersiksa. Ia menjalani diet ketat. Sungguh sebuah nilai mahal yang harus ditebusnya, ia adalah sebuah pesanan kuat dari penindustrian hiburan tanah air kita. Seorang wanita yang dikemas menjadi boneka Barbie, dengan ciri-ciri tinggi, putih, setengah bule dan tubuh tipis setalenan roti.
Belumlah selesai penderitaan itu, Luna harus berhadapan dengan infotaiment yang mengupas kisah hidupnya dengan bar-bar. Tak heran sebagai manusia yang penuh dengan tuntutan, emosipun menguasai pikiran. Melalui twitternya, Luna memaki infotaiment. Kejadian ini mendapat umpan balik yang keras. Sungguh, bisa kita lihat dengan tuduhan jeratan pasal-pasal yang memusingkan, Luna diperlakukan layaknya seperti seorang kriminal.
Namun, entah gimana ceritanya, masalah Luna pun menghilang begitu saja, layaknya tenggelamnya sorotan-sorotan berbagai kasus di Indonesia seperti Munir, Lapindo dan Anggodo.
Luna adalah pendatang baru yang melesat di langit-langit megabintang. Barangkali karena kecantikannya, ia dengan mudah diterima sebagai artis berbakat di tanah air, dimana penduduk negri ini masih memanjakan ‘penglihatan’ dalam tontonan seni- ketimbang rasa, daya cipta dan kreasi.
Bermodal tubuh sintal, wajah komersil dan tutur kata manis manja, Luna pun menjadi artis papan atas yang laris, dan langsung diorbitkan sebagai penyanyi ternama. Barangkali Luna hanya melayani permintaan pasar. Barangkali Luna berpikir dengan logika bisnis. Yang laris … ya yang manis. Tanpa menyadari ketika keriput sudah mulai menggerogoti- ia harus lengser- sebab masyarakat meminta figur baru yang segar, cantik, muda dan energik.
Demikian dunia bisnis perindustrian kelak menyingkirkan artis-artisnya dengan alasan, sudah tidak laku. Jadi, Luna adalah komoditas, dan media tak henti-hentinya mengekspos wajahnya di urutan ternama-dengan harapan, oplah meningkat. Dan benar- ketika Luna tersandung kasus video porno. Ribuan media – serentak – memuat beritannya besar-besaran.
Tak hanya media, kasus ini pun menjadi bulan-bulanan siapa saja, dimana saja – sebagai hal yang lucu dan mengundang tawa. Saya sendiri tidak mengetahui persis, apakah benar video Luna-Ariel dan Cut Tari benar-benar orisinil atau tipuan belaka. Meski 80% hati saya mempercayai kebenarannya. Luna menjadi artis yang fenomenal di tanah air. Apalagi berita ini melampaui hebohnya piala dunia.
![]() |
Cortesy : Indonesian Hearthrob |
Tragedi Luna- adalah wajah kesedihan masyarakat kita. Sebagai seorang perempuan yang tinggal di dunia keartisan, hal keglamoran menjadi makanan sehari-hari. Namun yang kita tau bahwa, kemewahan tidak bisa membeli kebahagiaan. Apakah Luna bahagia? I don’t think so…
Menjadi bintang, menjelit, melesat dengan cepat, Luna pun jatuh dalam buaian popularitas. Media pun mengangkat Luna menjadi bidadari yang bersinar dan tenggelam dalam gemuruh tepuk tangan. Luna adalah milik publik, Luna pasti tertekan, ia semacam seorang yang telah ‘dibeli’ dan direnggut kesehariannya. Seperti yang kita tau, sederet artis telah mengalami nasib naas dengan kepopulerannya, Marlyn Monroe, Elvis Persley, Kurt Cobain, (Istri Kurt Cobain bahkan mengaku bahwa ia pernah bangkrut karena kepopulerannya), Michael Jackson dan lain sebagainya. Beberapa nama terkenal lainnya pernah mengalami gangguan jiwa karena terus menerus hidup dalam tekanan, seperti Lady Diana dan Putri Masako.
Lalu- apa hubungannya dengan Luna Maya?
Luna adalah korban peradaban modern. Luna adalah hasil penciptaan dunia keartisan yang melambungkan namanya, dan kemudian membantingnya hingga berdarah-darah. Dan- ketika ia mengangsingkan diri ke Singapure, kita tidak pernah tau kecamuk apa yang tengah dialaminya. Atau- bisa saja ia memang sudah benar-benar frustasi dengan pemberitaan yang kini menyudutkannya.
Luna toh juga tenar karena infotaiment, kini nasibnya juga berakhir tragis di infotaiment. Kini- segudang pihak telah memutuskan kontraknya dengan Luna Maya….
Tragedi ini adalah pencerminan penduduk kita, yang suka menikmati kesenangan dengan mengintip ‘dapur pribadi’ orang lain…..