Buah Simalakama Luna Maya

    Author: Luna_Lovers Genre: »
    Rating

    OPINI | 13 June 2010 | 14:20


    Gustaaf Kusno
    A language lover,but not a linguist; a music lover,but not a musician; a beauty lover,but not a beautician; a joke lover,but not a joker ! Married with two children, currently reside in Palembang.

    Courtesy : Pikiran Rakyat Online

    Prahara yang menerpa Luna Maya dengan merebaknya video porno dengan pelaku yang dikatakan sebagai dead ringer (orang yang sangat mirip) dari Luna Maya ternyata bukan perkara kecil yang melibatkan ‘kerjaan’ oknum iseng yang mencari sensasi dan kehebohan semata. Kalau cuma demikian halnya dengan mudahnya Luna dapat tampil di depan publik dan secara kategorikal menyangkal bahwa wanita yang ada di dalam video itu bukan dirinya. Kenyataan yang ada, dibalik ‘skandal’ ini terdapat tentakel-tentakel gurita yang begitu mengancam dan membelit dirinya.

    Karenanya dapat dikatakan dalam situasi seperti sekarang ini Luna adalah dead meat (terperangkap dalam kesulitan yang maha berat). Kalau dia membuat pernyataan yang menegasikan dugaan pelaku video adalah dirinya, maka di belakang layar sudah siap invisible hands yang akan menggerojok dirinya dengan ‘bukti-bukti otentik’ lainnya yang lebih menguatkan dugaan bahwa pelaku video itu adalah dirinya. Siapakah death adder (ular berbisa yang amat mematikan) di balik pelangsiran video seks ini dan apa motivasinya, tentunya ini menjadi pertanyaan lain yang menarik yang barangkali hanya bisa dijawab oleh rumput yang bergoyang.

    Kita bisa menyaksikan di layar kaca air muka Luna yang begitu deadbeat (amat kecapaian) menghadapi dilema ini. Seperti tertulis pada judul tulisan ini Luna benar-benar menghadapi situasi buah simalakama. Dia bak seekor kelinci yang dikejar segerombolan serigala dan tersudut pada dead end (jalan buntu). Kalau untuk menyangkal video itu adalah dirinya sudah begitu banyak kendalanya, demikian pula sama beratnya beban yang harus dipikulnya kalau dia ingin membenarkan otentitas video itu. Kalau hal ini diakuinya sebagai kebenaran, maka akan timbul hujatan baru soal perzinahan dan seks bebas yang menghancurkan citranya. Jalan ceritanya tentu amat berbeda kalau kejadian ini terungkap di dunia Barat sana. Tatkala video seks Pamela Anderson dan Tommy Lee terpapar di dunia maya karena rumah mereka disatroni maling dan menggondol kaset video itu, mereka ’cukup’ menyatakan penyesalannya di depan publik dan membenarkan bahwa video itu adalah milik mereka. Dan masyarakat ’’dapat menerimanya” tanpa memberikan hukuman sosial.


    Menghadapi judgement masyarakat ini, barangkali ada trik pembenaran untuk ’kelakuan’ mereka berdua ini yaitu dengan menyatakan bahwasanya mereka sudah menikah siri. Namun pernyataan menikah siri yang memang sering dipakai sebagai last resort (upaya terakhir) apabila seorang selebriti sudah ketangkap basah, tidak selalu berhasil meredam kritikan dan hujatan masyarakat. Sudah cukup sering kita memirsa seorang selebriti dengan wajah deadpan (wajah yang tidak menunjukkan ekspresi atau emosi apapun) menyatakan bahwa dia sebenarnya sudah menikah siri, dan kita sebagai penonton dead sure (hakul yakin) bahwa sang selebriti itu sebenarnya sudah berbohong. Kalau trik ini akan dipakai oleh Luna Maya, maka para pakar teknologi informasi akan meneliti kapan dan dimana video itu diambil, apakah pada saat Ariel masih terikat dalam perkawinan resmi atau sesudah perceraiannya.

    Jadi baik penyangkalan maupun pembenaran video seks itu semuanya memang akan membawa Luna kepada kenistaan yang amat mendalam. Dan yang sangat menyedihkan untuk Luna bahwa ’gerakan’ untuk membikin dead and buried (menghabisi) ini sesungguhnya bukan ditujukan pada dirinya, namun disasar pada pasangannya. Dalam situasi seperti ini, masih ada secercah harapan bahwa masyarakat pada akhirnya bisa mengambil hikmah bahwa urusan percintaan adalah ranah yang sangat private dan tidak mungkin dilakukan penghakiman moralitas seseorang semata dengan adanya video intim itu. Kalau itu terjadi, mungkin beban berat yang menghimpit Luna akan teringankan, sekalipun masih memakan waktu bertahun-tahun sampai orang ’melupakan’ videonya.

    Ulasan imajiner ini menggunakan idiom ’dead’ dan ’death’ sebagai jangkarnya.

    Share ke twitter ^^

    TwitThis