'Jakarta Undercover': Bukan Sekadar Jualan Sensualitas

    Author: Luna_Lovers Genre: »
    Rating

    Kamis, 22/03/2007 14:36 WIB

    Eny Kartikawati - detikMovie

    Jakarta - 'Jakarta Undercover' versi layar lebar, jauh berbeda dengan cerita dalam buku berjudul sama karya Moammar Emka. Film itu tak hanya menjual sensualitas belaka. Ada kisah humanis di dalamnya. Kisah humanis tergambar dari kehidupan Vikitra (Luna Maya) dan adiknya, Ara (Kenshiro Arashi). Vikitra atau Viki adalah seorang gadis muda yang mencoba berjuang di ibukota. Ia lari dari Medan setelah tidak sengaja membunuh ayahnya yang gemar menyiksa ibunya. 

    Film dibuka dengan gemerlap suasana klub malam tempat Viki bekerja sebagai penari striptis. Di belakang panggung, Viki yang menyamar menjadi waria, tengah curhat pada teman sesama waria, Amanda (Fachri Albar). Viki sedih karena di saat bekerja, ia harus menyembunyikan adiknya di dalam lemari ruang meeting klub tersebut. Karena Ara autis, berada dalam lemari tampaknya tak jadi masalah. Lemari yang dikira Viki tempat teraman untuk Ara, akhirnya membuahkan malapetaka untuk keduanya. Ara menjadi saksi pembunuhan yang dilakukan Haryo (Lukman Sardi) dan dua temannya pada seorang waria di dalam ruang meeting. Lewat kamera keamanan, Haryo tahu kalau Ara melihat aksinya. Ia pun memburu Viki dan Ara. Woro-woro tentang film 'Jakarta Undercover' sudah muncul sejak film itu baru akan dibuat. 
     
    Jika bukunya saja panas, apalagi filmnya, begitu mungkin yang ada di benak sejumlah orang. Apa memang sepanas itu? Tidak. Sensualitas dunia malam Jakarta hanya tergambar sesaat, di awal cerita. Dimunculkan bagaimana aksi Viki dan Amanda saat menari striptis. Serta beberapa adegan cepat, orang-orang yang sedang mabuk lalu beberapa dari mereka bercumbu. Sensualitas di 'Jakarta Undercover', hanya muncul sekitar 30 menit awal film. Sisanya, film berdurasi 100 menit itu lebih berkisah bagaimana aksi Haryo cs mengejar Viki dan adiknya. Untuk aksi kejar-mengejar tersebut, Joko Anwar sebagai penulis skenario, mampu membuat penonton tegang. Penonton bisa merasakan ketakutan dan deg-degan yang dialami Viki. O'ya, Joko dalam film yang diproduseri Erwin Arnada itu tampaknya mengambil pola sama saat seperti menulis skenario 'Janji Joni'. Jika dalam 'Janji Joni', cerita hanya terjadi dalam sehari dan penonton diajak merasakan ketegangan Joni, di Jakarta Undercover, kisah terjadi setidaknya dalam sehari semalam dan kita diajak mengikuti ketakutan 

    Viki. Sebenarnya jika dilihat lebih lanjut, cerita humanis tentang kehidupan Viki yang punya adik autis dan bekerja sebagai penari striptis dalam 'Jakarta Undercover' tampak sekadar tempelan belaka. Karena kisah sebenarnya, ya tentang bagaimana akhirnya Viki bisa lolos dari kejaran Haryo. (eny/yla)

    Share ke twitter ^^

    TwitThis